Rektor Untag: Hati-hati Dengan 'Setan Gepeng'
Semarang, kota-semarang.kpu.go.id - Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Suparno mengatakan, di era modern dimana arus informasi semakin cepat, masyarakat perlu berhati-hati dalam menggunakan handphone yang ia ibaratkan sebagai 'setan gepeng' saat digunakan untuk mengakses internet atau media sosial, Jumat (5/8).
"Ini 'setan gepeng', HP kita ini perlu digunakan secara berhati-hati. Karena di era media sosial sekarang, akses informasi sangat bebas, gampang kita mengaksesnya, bahkan anak, cucu kita mungkin lebih mahir main HP, daripada kita," terang Suparno.
Hal itu ia ungkapkan saat menjadi pembicara pada acara sosialisasi Desa/Kelurahan Peduli Pemilu dan Pemilihan (DP3) yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Semarang di aula Kantor Kelurahan Bandarharjo, Semarang.
Suparno mengatakan, HP dan gadget yang digunakan oleh semua orang memiliki kekuatan, baik secara positif maupun negatif, oleh sebab itu ia meminta peserta sosialisasi untuk memberikan contoh positif kepada anak remaja dan pemilih pemula, mengingat remaja saat ini menggunakan gadget dengan intensitas yang tinggi.
"Jadi perlu kita contohkan, khususnya pemilih pemula, karena mereka ini sangat sering mengakses internet dan media sosial, jadi mereka ini rawan dengan berita bohong, atau hoaks," terang Suparno.
Untuk mengurangi risiko penyebaran berita bohong dan hoaks, Suparno mengingatkan untuk selalu mengecek kebenaran sumber berita sebelum menyebarkannya kepada orang lain.
"Terutama di WA grup ya, materi yang di share itu harus selalu kita cek, cek, cek, cek, dan cek lagi, jangan langsung percaya. Ingat untuk selalu saring sebelum sharing," tegas Suparno.
Sementara itu, Anggota KPU Kota Semarang periode 2008 - 2018, Siti Prihatiningtyas yang memberikan materi pentingnya demokrasi dan partisipasi mengatakan, pemilu adalah sarana untuk menyampaikan aspirasi masyarakat.
"Pemilu adalah cara untuk menyampaikan aspirasi yang ada, di Indonesia kan banyak suku bangsa, golongan, agama dan latar belakang, jadi lewat pemilu diharapkan aspirasi-aspirasi ini dapat dijadikan sebagai kebijakan yang berpihak kepada publik," ujar dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu.
Meskipun banyak negara yang melaksanakan pemilu, Ning (sapaan Siti Prihatiningtyas) mengatakan, tidak semua pemilu yang dilaksanakan sepenuhnya berlangsung demokratis, karena masih saja ada oknum yang melanggengkan budaya politik transaksional ataupun politik uang.
"Di daerah-daerah masih sering terjadi, kita memilih calon tertentu karena telah diberi imbalan," paparnya.
Praktik tersebut, menurut Ning belum menggambarkan bentuk dari demokrasi substansional.
"Nah itu belum termasuk pelaksanaan demokrasi substansional. Substansional itu kalau kita ke TPS karena keinginan, karena kemauan kita sendiri, bukan karena paksaan atau hal lain, seperti politik transaksional atau politik uang.
Terkait sosialisasi DP3, Ketua KPU Kota Semarang, Henry Casandra Gultom yang membuka kegiatan mengatakan, DP3 ini merupakan upaya KPU untuk mendekatkan diri kepada masyarakat dan mengurangi dampak dari disinformasi.
"Ini upaya KPU untuk mendekatkan diri kepada bapak/ibu semua dan mengurangi misinformasi atau disinformasi, sehingga info yang didapat oleh bapak/ibu itu langsung dari sumbernya, yaitu KPU," ujar Nanda (sapaan ketua KPU).
Selain materi yang disampaikan, Nanda mengundang peserta yang hadir untuk menanyakan informasi lain mengenai Pemilu dan Pemilihan Serentak 2024.
"Kalau ada pertanyaan selain materi hari ini kami terbuka, kalau ada pertanyaan lain selain tema sekarang bisa sekali, karena Pemilu dan Pemilihan 2024 banyak aspeknya," lanjut Nanda. (rap/ed. Foto: awh/KPU Kota Semarang)